Sobat muda,
tentu sudah tidak asing ketika banyak orang berbicara tentang kekayaan sumber
daya alam negara kita. Namun, kenapa negeri ini nampak “enggan” untuk
sejahtera atau masih banyak kemiskinan? (Wah pertanyaannya berat pak hehe)
Oke, sekarang kita akan belajar kenali Indonesia dengan data. (Siap pak, Memang bagaimana data terkini tentang kemiskinan negeri kita?)
Data statistik menunjukkan bahwa kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka penduduk miskin per September 2016. Berdasarkan catatan BPS, angka penduduk miskin di Indonesia menurun sebesar 250 ribu jiwa menjadi 27,76 juta penduduk. Selain itu, Garis kemiskinan selama Maret 2016-September 2016 juga meningkat rata-rata sekitar 2,15 persen. Untuk kategori pedesaan, garis kemiskinan berada pada level Rp 350.420. Adapun kategori perkotaan berada pada level Rp 372.114.
Oke, sekarang kita akan belajar kenali Indonesia dengan data. (Siap pak, Memang bagaimana data terkini tentang kemiskinan negeri kita?)
Data statistik menunjukkan bahwa kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka penduduk miskin per September 2016. Berdasarkan catatan BPS, angka penduduk miskin di Indonesia menurun sebesar 250 ribu jiwa menjadi 27,76 juta penduduk. Selain itu, Garis kemiskinan selama Maret 2016-September 2016 juga meningkat rata-rata sekitar 2,15 persen. Untuk kategori pedesaan, garis kemiskinan berada pada level Rp 350.420. Adapun kategori perkotaan berada pada level Rp 372.114.
![]() |
Garis Kemiskinan 2013-2016 via http://databoks.katadata.co.id/ |
Sumbangan
garis kemiskinan makanan masih termasuk kategori besar. Pada September 2016, tercatat
komoditas makanan menyumbangkan sebesar 73,19%. Kondisi ini tidak jauh berbeda
dengan kondisi Maret 2016 yaitu sebesar 73,5%. Garis Kemiskinan dipergunakan
sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak
miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. (Miris juga pak, kenapa hal ini terjadi?)
Banyak hal yang menjadi penyebabnya, namun Jawaban teratas tentu saja karena faktor dari sumber daya manusianya. Kita
singgung sedikit negara tetangga Singapura, dengan sumber daya alam yang sangat minim
tapi dapat menyejahterakan rakyatnya. Letak kelebihan mereka adalah sumber daya
manusianya yang melek akan dunia usaha, ditambah baiknya susunan
perundang-undangan tentang dunia usaha disana, yang membuat para pengusaha
domestiknya maupun mancanegaranya merasa aman. Dibandingkan dengan Indonesia
yang kalau ingin mengurus apa-apa ada uang kutipannya atau pungutannya. Oleh
karena itu Warga Negara Indonesia perlu melakukan sangat banyak pembenahan,
jangan hanya menyalahkan pemerintah saja, tapi juga harus sadar akan diri
sendiri. Pemerintahan di negara tetangga ini sangat mendukung yang namanya
usaha, disana diadakan kampanye untuk mengundang para investor dari luar untuk
menanamkan modalnya. Tentu saja ini berakibat tumbuh pesatnya bisnis disana dan
juga berakibat majunya sektor ekonomi, yang menjadi tolak ukur negara maju atau
tidak. Padahal usaha di negara tetangga ini sangat dominan di sektor jasa
semua, mulai dari pelabuhan, asuransi, perbankan, hingga menjadi layanan pusat
transaksi data dan jaringan di Asia tenggara. (Sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi hal yang sangat penting ya pak? Terus bagaimana dengan Indonesia?)
![]() |
Singapura via http://bisnis.liputan6.com/ |
Tentu saja anak muda. Negeri kita masih kekurangan jumlah pengusaha. Menurut data StatistikIndonesia, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 1,65 persen dari jumlah
penduduk. Rasio tersebut jauh tertinggal dibanding dengan jumlah pengusaha
yang ada di negeri jiran seperti Singapura, Malaysia, maupun Thailand.
Sementara negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang bahkan memiliki
pengusaha lebih dari 10 persen dari jumlah populasi. Idealnya
jumlah pengusaha adalah 2 persen dari total populasi, tetapi untuk mencapai
target pendapatan perkapita yang baik diperlukan 6,13 juta pengusaha atau
sekitar 2,5 persen dari populasi. Saat ini jumlah wirausaha yang mapan sekitar
4 juta. (Dengan data yang membuat kita miris tersebut, bagaimana solusinya ya pak?)
![]() |
Rasio pengusaha terhadap jumlah penduduk di beberapa negara 2013 via http://databoks.katadata.co.id/ |
Untuk itu, dalam
buku sebuah berjudul Memahami latar belakang pemikiranentrepreneurship Ciputra yang ditulis ole Dr. Riant
Nugroho, seorang pengusaha sukses Dr. Ir. Ciputra berpesan tentang pentingnya pendidikan
entrepreneurship yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia untuk keluar dari
ketakutan akan angka pengangguran, kemiskinan dan merosotnya ketahanan ekonomi
Indonesia ke depan. Ciputra mengenalkan formula strategis dan praktis mengatasi
masalah pengangguran dan kemiskinan melalui pendidikan entrepreneurship sedini
mungkin dan seluas mungkin. Pendidikan Entrepreneurship ini patut diadakan bagi
mereka yang menjelang menganggur maupun sedang menganggur. Baik itu dalam
bentuk pelatihan maupun pendidikan formal secara umum. Penekanannya adalah agar
manusia mampu menciptakan kerja bagi dirinya sendiri. (Keren banget nih solusi dari pak Ciputra. Terus bagaimana realisasinya pak?)
![]() |
Dr. Ir. Ciputra via http://profilbos.com/ |
Dr. Ir Ciputra
melalui buku tersebut mengajak pembaca buku untuk bersama-sama menolak kutukan
sebangsa kuli, sebuah semangat yang berkali-kali diucapkan Presiden Soekarno. Dalam buku itu pula Ciputra mengembangkan konsep GAPS ENTREPRENEURSHIP. Ciputra melihat bahwa isu entrepreneurship adalah isu yang harus dihadapi dan dimiliki oleh empat komponen bangsa: Goverment, Academics, Business dan Society atau Social. Keempatnya dapat digambarkan sebagai The Fantastic Four GABS, yang kalau saling bergandengan akan menghasilkan kekuatan yang sangat besar. Untuk itu Ciputra mengajak kepada para pelaku yang termasuk dalam GABS tersebut untuk bersama-sama bersinergi untuk menyuarakan "Gelombang Entrepreneur". (Jadi solusinya Pendidikan Entrepreneuship ya pak, supaya bermunculan para pengusaha-pengusaha yang mampu memperbaiki perekonomian bangsa ini?)
Tepat sekali anak muda. Demikianlah
artikel singkat ini, semoga bisa menjadi inspirasi terutama bagi generasi muda
Indonesia untuk berkontribusi dalam membangun perekonomian Indonesia. Tetap semangat
belajar! Muda berkarya, muda bermanfaat.
Sumber: http://databoks.katadata.co.id/
ConversionConversion EmoticonEmoticon