Jangan Menunda |
Semester baru di
sekolah setan. Para guru setan sedang memberikan pengarahan. “Tidak ada kata
puas dalam kamus kita. Orang-orang masih terus mendekat pada Tuhan dan tidak
terkena bujuk rayu. Kita harus melakukan sesuatu!”
“Apa yang bisa kita lakukan, Guru?” tanya salah satu murid.
“Guru, bagaimana kalau kita bisikkan kepada manusia bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada,” usul salah satu murid.
“Kita sudah melakukannya sejak manusia lahir, tapi tidak banyak yang tertarik. Jauh di lubuk hati terdalam manusia, mereka mengakui keberadaan Tuhan,” jawab sang guru.
“Bagaimana kalau kita bujuk manusia bahwa dosa itu tidak ada dan neraka itu mitos,” usul murid yang lainnya.
“Itu juga sudah kita coba dan sedikit saja yang percaya. Sebagian mereka, percaya dengan adanya ‘salah’ dan ‘benar’. Mereka juga tahu seperti apa ‘sedikit neraka’ ketika di dunia. Sebab mereka merasakan kesusahan, rasa sakit, luka dll,” jawab sang guru lagi.
“Guru, biarkan mereka percaya Tuhan, dosa dan neraka. Tapi bagaimana kalau kita pengaruhi agar tidak terburu-buru melakukan kebaikan? Dengan begitu, meskipun mereka percaya tapi mereka akan bersantai dan menunda-nunda,”usul salah satu murid yang duduk di pojok.
“Bagus, itu ide cemerlang! Kita praktikkan ide ini. Kamu akan berhasil setan muda. Selamat!” ujar sang guru senang.
Menunda seringkali bermakna menggagalkan/membatalkan/tidak mengerjakan samasekali.
“Apa yang bisa kita lakukan, Guru?” tanya salah satu murid.
“Guru, bagaimana kalau kita bisikkan kepada manusia bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada,” usul salah satu murid.
“Kita sudah melakukannya sejak manusia lahir, tapi tidak banyak yang tertarik. Jauh di lubuk hati terdalam manusia, mereka mengakui keberadaan Tuhan,” jawab sang guru.
“Bagaimana kalau kita bujuk manusia bahwa dosa itu tidak ada dan neraka itu mitos,” usul murid yang lainnya.
“Itu juga sudah kita coba dan sedikit saja yang percaya. Sebagian mereka, percaya dengan adanya ‘salah’ dan ‘benar’. Mereka juga tahu seperti apa ‘sedikit neraka’ ketika di dunia. Sebab mereka merasakan kesusahan, rasa sakit, luka dll,” jawab sang guru lagi.
“Guru, biarkan mereka percaya Tuhan, dosa dan neraka. Tapi bagaimana kalau kita pengaruhi agar tidak terburu-buru melakukan kebaikan? Dengan begitu, meskipun mereka percaya tapi mereka akan bersantai dan menunda-nunda,”usul salah satu murid yang duduk di pojok.
“Bagus, itu ide cemerlang! Kita praktikkan ide ini. Kamu akan berhasil setan muda. Selamat!” ujar sang guru senang.
Menunda seringkali bermakna menggagalkan/membatalkan/tidak mengerjakan samasekali.
Demikianlah, kabarnya manusia percaya Tuhan, dosa
dan neraka tapi tidak terlalu memikirkannya.
Bersegeralah! |
Cerita
ini dikutip dari kisah-kisah inspiratif, berbagai sumber/sudah diringkas.
Semoga cerita ini bisa menginspirasi kita untuk tidak menunda-menunda, apalagi dalam
melakukan kebaikan.
اِغْتَنِمْ
خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ
وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ
مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang
waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa
kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang
masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya 4: 341. Al Hakim
mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim namun keduanya
tidak mengeluarkannya. Dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim.
Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan
bahwa hadits ini shahih).
(Sumber: Aliya Nurlela, Penulis & Pegiat FAM Indonesia)
ConversionConversion EmoticonEmoticon