Tips Mengajukan Pertanyaan Yang Efektif


Pertanyaan yang efektif via https://www.inovasee.com/

Sobat muda, coba  rasakan beberapa jenis pertanyaan saya berikut:
“Kamu puny aide atau tidak?”
“Apakah kamu punya ide?”
“Ide-ide apa yang kamu punya untuk menyelesaikan persoalan ini?” (Emm, jujur saja saya merasakan emosi dan nuansa yang berbeda dari tiga pertanyaan tadi. Padahal pertanyaannya sederhana, punya ide atau tidak. Kok bisa gitu ya pak?)

Nah, sobat muda tahukah Anda bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan menjawab pertanyaan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk bertanya. (Lho, mengapa demikian?)

Pertama, saya tidak mengatakan bahwa mampu menjawab pertanyaan itu tidak cerdas, lho! Akan tetapi, saat kita mampu menjawab pertanyaan, bisa saja itu “hanya” suatu proses recell (mengambil informasi) atau recognition (mengenali informasi) yang SUDAH ada di database otak kita. (owh, jadi belum ada olah pikir ya pak?)

Betul. Sebaliknya mengajukan pertanyaan tak bisa sesederhana yang kita pikirkan. Seseorang yang berniat mengajukan pertanyaan berarti sudah berusaha memahami permasalahan, berkeinginan untuk lebih tahu banyak, termotivasi untuk menjadi lebih tahu dan pintar akan permasalahan tersebut, dan sebagainya. (Bagaimana membuat pertanyaan cerdas nan efektif itu pak?)

Pertanyaan yang membuat berpikir via http://publicspeaking.co.id/
Pertanyaanmu cerdas anak muda. Nah, kali ini saya akan coba share kepada sobat muda semua tentang jenis-jenis pernyaan cerdas nan efektif tersebut, yaitu Socratic Questioning Technique atau SQT. (Wah sepertinya ilmu mahal nih hehe)

Tenang, di blog ini gratis kok!  Socratic Questioning Technique adalah teknik bertanya paling cerdas yang dikembangkan oleh Socrates, seorang guru sekaligus filosuf Yunani, yang termasuk dalam tiga grup pemikir atau Greek Gang of Three bersama Plato dan Aristoteles. Pertanyaan ini mampu membuat sorang yang ditanya menjadi berpikir dari semua arah (Multi-Dimensional thingking), berpikir kritis, dan member jawaban terbaik dari “otaknya”. Dengan demikian, penanya akan memperoleh lebih banyak informasi dan nmendepatkan pembelajaran yang optimum.

Berikut adalah contoh-contoh SQT:

1.                 Pertanyaan dengan Paralanguage

Artinya unsure non-verbal yang perlu dilibatkan dalam sebuah komunikasi sehingga bisa mengubah arti dan emosi kata-kata itu sendiri. Misalnya, tentu akan berbeda jika kita menyakinkan orang dengan suara yang datar, dengan penuh ekspresi, memainkan tempo dan intonasi suara, dan sebagainya.

2.                 Pertanyaan jamak

Sebagai contoh,  “Ide-ide apa yang kamu punya?”, tentu yang ditanya secara bawah sadar “diminta” untuk menjawab klebih dari satu dan itu lebih kreatif dari pada bertanya “idea pa saja yang kamu punya?”.

3.                 Pertanyaan “Berani Coba-coba” (Tentative Question)

Sebagai contoh, “Ide apa yang mungkin kamu punya?”, tentu yang ditanya secara bawah sadar boleh “coba-coba” menjawab tanpa rasa takut salah atau dikritik. Namanya juga coba-coba. Jadi, diharaokan yang ditanya pasti bisa menjawab.

4.                 Pertanyaan Pancingan (Invitational Question)

Misalnya, “setelah kamu mengetahui keseluruhan permasalahannya, idea pa yang kamu punya?”, tentu yang ditanya secara bawah sadar dianggap “sudah mengerti dan mengusai” sehingga memastikan untuk harus bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tidak ada kata mundur atau tidak bisa sehingga metode ini sering juga disebut Invitational stem (Dipancing setelah dipatok terlebih dahulu)

5.                 Pertanyaan yang diikuti dengan pertanyaan lain

Misalnya, “idea pa yang kamu punya? Mengapa kamu mengajukan ide tersebut?”. Petanyaan Ini menyebabkan yang ditanya “seolah-olah” sudah harus mampu menjawab pertanyaan yang pertama karena pertanyaan kedua bergantung pada pertanyaan kedua.

6.                 Pertanyaan Kompleks

Pertanyaan gabungan dari keliam metode pertanyaan sebelumnya. Misalnya, “Setelah mengetahui dan mengusai permasalahannya, ide-ide apa yang mungkin bisa kamu bagikan untuk membantu menyelesaikan persoalan ini? Mengapa kamu mengajukan ide-ide tersebut?”.

Nah, sobat muda, apa beda SQT dengan pertanyaan tidak efektif yang sempat kita bahas sebelumnya? ( Menurut saya pertanyaan tidak efektif itu hanya bertujuan mendapatkan jawaban saja, sedangkan SQT bertujuan untuk yang ditanya berpikir)

Tepat sekali anak muda. Lebih lengkapnya menjadikan yang ditanya berpikirf kritis, kreatif, dan dari semua sisi multi-dimensional.
Semoga tips ini bisa menjadikan pemuda kekinian, yang kritis dan kreatif dalam menghadapi segala permasalahan. Jangan lupa share ya! Muda berkarya, muda bermanfaat.









Previous
Next Post »
Thanks for your comment
close